Tuesday, February 27, 2018

Kerajaan-Kerajan Islam Di Nusa Tenggara



KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI NUSA TENGGARA



DISUSUN OLEH :
Kevin Pratama Sugiarto
(X MIPA 2/19)


Sejarah Indonesia
SMA Negeri 1 Wonosari

A.      Kerajaan Lombok

1)        Kondisi Geografis
Letak kerajaan Lombok berada di Selaparang yang saat ini berada di Desa Selaparang, Kecamatan Swela, Kabupaten Lombok Timur. Kondisi wilayah Lombok berupa dataran, perbukitan, dan bergunung. Wilayah tertinggi adalah Gunung Rinjani dengan Danau Segara Anak sebagai sumber mata air bagi penduduk disekitarnya. Gunung Rinjani dikelilingi oleh hutan yang tersebar di setiap kabupaten. Bagian selatan Pulau Lombok memiliki tanah subur yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian dengan variasi tanaman seperti jagung, padi, tembakau, kapas, dan kopi.

2)        Kehidupan Politik
Pada awalnya Kerajaan Lombok terletak di wilayah Sambelia, Lombok Timur. Akan tetapi, pada awal pendiriannya Kerajaan Lombok masih sebagai kerajaan Hindu. Pengaruh Islam di Kerajaan Lombok dibawa oleh Sunan Prapen pada abad XVI Masehi setelah Kerajaan Majapahit runtuh. Pada abad XVI Masehi Kerajaan Lombok sedang diperintahkan Prabu Rangkesari atas ajakan Sunan Prapen, Prabu Rangkasari memeluk agama Islam.
Setelah memeluk Islam, Prabu Rangkesari memindahkan pusat Kerajaan Lombok ke Desa Selaparang atas usul Patih Bannda Yuda dan Patih Singa Yuda. Pemindahan ini dilakukan karena letak Desa Selaparang lebih strategis dan tidak mudah diserang musuh dibandingkan posisi sebelumnya. Setelah memindahkan pusat pemerintahan ke Selaparang, Kerajaan Selaparang mengalami kemajuan pesat. Dalam buku Mozaik Budaya Mataram dijelaskan bahwa Kerajaan Lombok untuk mengembangkan wilayah kekuasaannya hingga ke Sumbawa Barat.

3)        Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Lombok menggantungkan perekonomiannya pada sektor pertanian. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kondisi geografis Lombok sangat mendukung kegiatan pertanian. Komoditas pertanian utama yang dikembangkan masyarakat Lombok adalah penanaman padi. Tanaman padi dikembangkan masyarakat Lombok karena didukung kesuburan tanah akibat adanya material vulkanik Gunung Rinjani.

4)        Kehidupan Agama
Sebelum mengenal Islam, masyarakat Lombok menganut kepercayaan animisme, dinamisme, dan agama Hindu. Islam masuk di Lombok dibawa Sunan Prapen setelah keruntuhan Kerajaan Majapahit. Dalam menyampaikan ajaran Islam, Sunan Prapen tidak menghilangkan kebiasaan masyarakat Lombok yang masih menganut kepercayaan lama. Bahkan, terjadi akulturasi antara Islam dan budaya masyarakat setempat. Sunan Prapen kemudian memanfaatkan adat istiadat setempat untuk mempermudah dan ajaran Islam. Salah satu akulturasi ajaran Islam dengan budaya lokal adalah munculnya ajaran Islam Wetu Telu.

5)        Kehidupan Sosial Budaya
Secara tradisional, suku Sasak merupakan etnis utama yang menghuni mayoritas Pulau Lombok. Menurut prasasti Tong-Tong yang ditemukan di Pujungan, Bali, dijelaskan bahwa suku Sasak sudah menghuni Pulau Lombok sejak abad IX-XI Masehi. Menurut Gorys Keraf, jika dirunut dari bahasanya, leluhur suku Sasak berasal dari Jawa. Pendapat Gorys Keraf didasarkan pada adanya tulisan Jejawan yang digunakan masyarakat Sasak.

B.       Kerajaan Sumbawa

1)        Kondisi Geografis
Kerajaan Sumbawa terletak di Pulau Sumbawa, sebelah timur Pulau Lombok. Pulau Sumbawa merupakan pulau terbesar pada gugusan Kepulauan Nusa Tenggara. Kerajaan Sumbawa dipandang lebih strategis dibandingkan Kerajaan Lombok karena pusat Kerajaan Sumbawa terletak pada dataran yang agak tinggi tepatnya di kaki Gunung Tambora. Letaknya yang berada di dataran tinggi menyebabkan Kerajaan Sumbawa dapat mengantisipasi jika sewaktu-waktu mendapat serangan dari luar.

2)        Kehidupan Politik
Raja pertama Kerajaan Sumbawa yang memeluk Islam adalah Dewa Majaruwa. Sebagai kerajaan baru yang bercorak Islam, Kerajaan Sumbawa melakukan hubungan dengan kerajaan Islam lain seperti Kerajaan Demak dan Gowa Tallo. Setelah Dewa Majaruwa meninggal, kedudukannya digantikan Mas Goa yang masih menganut agama Hindu.Pergantian tahta kerajaan ini membuat kerajaan  Gowa Tallo marah dan menganggap Kerajaan Sumbawa telah mengingkari perjanjian sebelumnya. Atas campur tangan Kerajaan Gowa Tallo pada tahun 1673 Mas Goa diturunkan paksa sebagai Raja Sumbawa. Dengan turunnya Mas Goa berakhir juga kekuasaan Dinasti Dewa Awan Kuning di Kerajaan Sumbawa. Raja Sumbawa selanjutnya adalah Sultan Harunurrasyid I. Pada masa ini Kerajaan Sumbawa menguasai dua kerajaan kecil, yaitu Kerajaan Empang dan Jerewet. Dalam bidang pemerintahan, Raja Sumbawa dianggap sebagai orang yang dituakan dan tokoh pemersatu. Kedudukan raja dalam bidang pemerintah dibantu suatu dewan yang bernama Majelis Lima Belas Orang. Dalam urusan hukum raja dibantu manteri telu, memanca lima, dan lelurah pitu. Kombinasi raja dan ketiga pejabat tersebut disebut catur papat.

3)        Kehidupan Ekonomi
Perekonomian Kerajaan Sumbawa menitikberatkan pada kegiatan pertanian lahan kering. Pertanian lahan kering dilakukan karena sebagian besar Pulau Sumbawa adalah tanah kering. Beberapa hasil pertanian Kerajaan Sumbawa, yaitu padi dan umbi-umbian. Dalam bidang perternakan, Kerajaan Sumbawa merupakan daerah peternak kuda terbaik. Dalam catatan sejarah sebelum dipengaruhi Islam, wilayah Sumbawa merupakan penghasil kuda terbaik.Dalam hal perdagangan komoditas yang cukup terkenal dari Sumbawa adalah madu. Madu-madu diambil langsung dari alam seperti di pegunungan dan hutan-hutan. Madu Sumbawa diperdagangkan dengan pedagang dari Makassar karena pada masa pemerintahan Dewa Majaruwa Kerajaan Gowa Tallo dan Kerajaan Sumbawa telah mengadakan perjanjian politik dan ekonomi.

4)        Kehidupan Sosial Budaya
Masyarakat Sumbawa didominasi suku bangsa Sumbawa. Menurut akar sejarahnya, suku Sumbawa merupakan percampuran antara penduduk asli Sumbawa, masyarakat Jawa, dan masyarakat Bugis. Pengaruh Jawa dan Bugis dapat dlihat dari bukti berikut.
a.       Terdapat istilah Jawa dalam struktur pemerintahan Kerajaan Sumbawa.
b.      Adanya ritual biso tiyan, yaitu selametan tujuh bulan kehamilan pertama istri.
c.       Adanya gelar daeng dan datu bagi anak raja.
d.      Hiasan-hiasan yang dipakai bangsawan Sumbawa mirip hiasan masyarakat Bugis.

C.      Kerajaan Bima

Mulanya, Bima merupakan kerajaan yang dipengaruhi oleh Hindu-Buddha yang bercampur dengan kebudayaan asli. Sebelum Islam datang, penduduknya memercayai arwah-arwah leluhur mereka sebagai penjaga kehidupan. Pada awal abad ke-17, barulah ajaran Islam masuk ke Bima, yang terletak di bagian timur pulau Sumbawa. Tepatnya pada tahun 1620, raja Bima yang bernama La Ka'i memeluk Islam dan namanya berganti menjadi Abdul Kahir.
Sesungguhnya, ajara Islam telah masuk ke daerah Sumbawa sejak abad ke-16. Persebaran Islam di wilayah ini terbagi dalam dua gelombang. Gelombang pertama sekitar tahun 1540-1550 oleh para mubaligh dan pedagang dari Demak. Sementara, Gelombang kedua terjadi pada 1620 oleh orang-orang Sulawesi. Pada gelombang kedua inilah Raja Bima, La Ka'i tertarik untuk menjadi muslim. Sejak penguasanya masuk Islam, Bima menjelma menjadi pusat penyebaran Islam di wilayah timur Nusantara. Para ulama yang berdakwah sebagian diangkat menjadi penasihat Sultan dan berperan besar dalam menentukan kebijakan Kerajaan. Banyak ulama termasyur yang datang ke Bima ini. Ada Syekh Umar al-Bantani dari Banten yang berasal dari Arab, Datuk Di Bandang dari Minangkabau, Datuk Di Tiro dari Aceh, Kadi Jalaludin serta Syekh Umar Bamahsun dari Arab.
Di bagian barat dan timur pelabuhan Bima telah terdapat perkampungan orang Melayu. Perkampungan ini menjadi pusat pengajaran Islam. Sultan Bima begitu menghormati orang-orang Melayu dan menganggap mereka saudara. Mereka bahkan dibebaskan dari kewajiban membayar pajak. Ulama dan penghulu Melayu mendapat hak istimewa untuk mengatur perkampungan mereka sesuai dengan hukum Islam. Dengan demikian, bahasa Melayu dengan mudah menyebar di Bima dan sekitarnya. Wilayah kekuasaan Kerajaan Bima meliputi Pulau Flores, Timor, Solor, Sumba, dan Sawu. Pada waktu itu, Bima merupakan salah satu bandar utama. Para pedagang yang pergi dari Malaka ke Maluku, aatau sebaliknya, pasti melewati perairan Sumbawa.
Untuk meningkatkan perdagangannya, Bima mengadakan hubungan dengan kerajaan-kerajaan lain yang berdekatan. Salah satunya dengan Kerajaan Goa. Datuk Di Bandang dan Datuk Di Tiro adalah ulama yang datang ke Sumbawa atas dukungan Goa. Hubungan dua kerajaan ini dipererat dengan pernikahan antara keluarga kedua kerajaan.
Kerajaan Bima terbukti telah membantu pihak Goa dalam menghadapi Belanda. Ketika Goa menandatangani Perjanjian Bongaya taahun 1667 dengan pihak Belanda, Bima pun dipaksa untuk ikut menandatangani perjanjian tersebut. Ketika itu Sultan Bima menolak. Namun, dua tahun kemudian, 1669, Kerajaan Bima akhirnya harus mengakui kekuasaan Belanda. Perjanjian damai pun dilaksanakan, sejak itulah bangsa Belanda ikut serta dalam urusan dalam negeri Bima.
Pada tahun 1906, penguasa Bima, Sultan Ibrahim, dipaksa menandatangani kontrak politik yang bertujuan menghapus kedaulatan Kerajaan Bima oleh Belanda. Isi perjanjian ini antara lain: Bima mengakui wilayahnya menjadi bagian dari kekuasaan Hindia-Belanda, Sultan tidak boleh mengadakan kerjasama dengan bangsa Eropa lain. Selain itu, Bima harus membantu Belanda bila sedang berperang dan Sultan dilarang menyerahkan kekuasaannya selain kepada Belanda. Pada masa pemerintahan sultan terakhir, Muhammad Salahuddin (1915-1951), pendidikan agama Islam mengalami perkembangan yang pesat. Sultan Muhammad memperbanyak sarana peribadahan dan pendidikan, seperti masjid dan madrasah (sekolah Islam).
Kerajaan Baima berakhir pada tahun 1951 karena Sultan Muhammad Salahuddin meninggal dunia. Di samping itu, sebelumnya Bima telah mengakui kedaulatan Republik Indonesia dan menjadi bagiannya. Kini Bima menjadi wilayah kabupaten, berada dalam Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Sumber :
-            Buku paket Sejarah Indonesia Intan Pariwara

No comments:

Post a Comment

Pahamilah Dirimu Sendiri

  https://www.shopback.co.id/katashopback/yuk-pahami-dirimu-dengan-4-cara-memahami-diri-sendiri-ini Diri sendiri boleh jadi adalah orang per...