Saturday, February 24, 2018

Kerajaan-Kerajaan Islam Di Maluku dan Papua


KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI MALUKU DAN PAPUA



DISUSUN OLEH :
Kevin Pratama Sugiarto
(X MIPA 2/19)


Sejarah Indonesia
SMA Negeri 1 Wonosari

KERAJAAN ISLAM DI MALUKU

A.      Kerajaan Ternate dan Tidore

1)        Kondisi Geografis
Kerajaan Ternate Tidore terletak di Kepulauan Maluku Utara. Ternate dan Tidore adalah Dua kerajaan yang berbeda di dua pulau bersebelahan. Tidore terletak di sebelah selatan dan Ternate terletak di bagian utara. Kedua pulau tersebut berada di sebelah barat Pulau Halmahera. Sejak abad keXV Ternate dan Tidore dikenal sebagai negeri penghasil rempah-rempah (The Spicy Island) di Indonesia. Secara umum wilayah Ternate dan Tidore berupa dataran bergunung dan berbukit subur. Tanah di daerah tersebut mengandung materi vulkanik dari Gunung Gamalama sehingga cocok untuk pertanian dan perkebunan tanaman rempah-rempah.
2)        Kehidupan Politik
Ternate dan Tidore merupakan dua kerajaan besar yang saling bersaing dalam menguasai perdagangan di wilayah kepulauan Maluku. Dalam persaingannya Ternate membentuk Uli Lima (Persekutuan Lima) yang terdiri atas Bacan, Obi, Seram, dan Ambon, sedangkan Tidore membentuk Uli Siwa (Persekutuan Sembilan) yang terdiri atas Jailolo, Makian, dan pulau-pulau kecil di Maluku sampai Papua. Persaingan Ternate dan Tidore pada akhirnya melibatkan Portugis dan Spanyol.
Pada tahun 1512 bangsa Portugis bersekutu dengan Ternate, sedangkan Spanyol bersekutu dangan Tidore. Akibat perubahan tersebut, terjadi pertikaian antara Portugis dan Spanyol. Untuk menyelesaikan perselisihan itu, pada tahun 1528 Awas Alexander VI turun tangan dengan menentukan garis batas kekuasaan Portugis dan Spanyol dalam Perjanjian Saragosa. Menurut perjanjian tersebut Portugis tetap berkuasa di Maluku, sedangkan Spanyol harus meninggalkan Maluku dan memusatkan perhatiannya di Filipina.
3)        Kehidupan Ekonomi
Ternate dan Tidore merupakan kerajaan maritim yang menggantungkan perekonomian pada perdagangan rempah-rempah. Sebagai produsen rempah-rempah, kedua kerajaan tersebut bersaing memperebutkan pasar untuk menjual rempah-rempah. Persaingan tersebut terlihat dari pembentukan persekutuan dagang Uli Lima (Ternate) dan Uli Siwa (Tidore). Terlepas dari persaingan itu, Ternate dan Tidore telah berkembang menjadi pelabuhan dagang yang ramai. Banyak kapal asing yang singgah di pelabuhan tersebut. Bangsa Eropa juga sering mengunjungi Ternate dan Tidore untuk membeli rempah-rempah. Diantara rempah-rempah yang diimpor, cengkeh dan pala dari Maluku adalah yang paling berharga. Oleh karena itu, bangsa Eropa saling berlomba menjalin hubungan dagang dengan Ternate dan Tidore.
4)        Kehidupan Agama
Menurut Hidayat Ternate sejak abad XIV masyarakat Ternate sudah berhubungan dengan orang-orang muslim dari Arab. Hubungan ini terlihat dari kisah persahabatan Raja Ternate XII bernama Molomatea (1350-1357) dengan orang-orang Arab yang datang di Maluku untuk memberikan petunjuk pembuatan kapal. Selanjutnya, pada pemerintahan Kolano Marhum (1465-1486) terdapat ulama dari Jawa bernama Maulana Husein yang mengajarkan Islam di Ternate. Ajaran Islam pada akhirnya menarik raja dan keluarga serta masyarakat Ternate. Oleh karena itu, Kolano Marhum menjadi raja pertama yang memeluk Islam di Maluku. Selanjutnya, pada masa pemerintahan Sultan Zainal Abidin (1486-1500) proses Islamisasi di Maluku berkembang pesat. Sultan Zainal Abidin menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan. Ia juga memberlakukan syariat Islam dan membentuk lembaga kerajaan sesuai hukum Islam dengan melibatkan para ulama. Langkah-langkah Sultan Zainal Abidin ini kemudian diikuti kerajaan-kerajaan lain di Maluku.
5)        Kehidupan Sosial Budaya
Masyarakat Ternate dan Tidore memiliki toleransi yang tinggi dalam bidang agama. Sejak kedatangan bangsa Portugis di Maluku pada tahun 1522, banyak penduduk Ternate dan Tidore yang memeluk agama Nasrani. Meskipun demikian, kehidupan sosial masyarakat di kedua kerajaan tersebut tetap berlangsung harmonis. Mereka menerima agama sebagai sebuah kekayaan budaya. Meskipun masyarakat Ternate dan Tidore disibukkan dengan kegiatan ekonomi perdagangan, mereka bangunan yang unik. Salah satunya adalah Masjid Sultan Ternate yang dibangun di dekat Keraton Ternate. Selain itu Masjid Sultan Ternate terkenal unik karena memiliki aturan-aturan adat yang tegas, seperti larangan memakai sarung, kewajiban mengenakan celana panjang dan penutup kepala (kopiah) bagi para jamaahnya. Aturan-aturan ini masih berlaku dan ditaati oleh masyarakat Ternate hingga kini.

KERAJAAN –KERAJAAN ISLAM DI PAPUA
Islamisasi di Papua, khususnya di Fakfak dikembangkan oleh pedagang-pedagang Bugis melalui Banda dan Seram Timur oleh seorang pedagang dari Arab bernama Haweten Attamimi yang telah lama menetap di Ambon. Proses pengislamannya dilakukan dengan cara khitanan. Di bawah ancaman penduduk setempat jika orang yang disunat mati, kedua mubaligh akan dibunuh, namun akhirnya mereka berhasil dalam khitanan tersebut kemudian penduduk setempat berduyun-duyun masuk agama Islam. Islam di Papua berasal dari Bacan. Pada masa pemerintahan Sultan Mohammad al-Bakir, Kesultanan Bacan mencanangkan syiar Islam ke seluruh penjuru negeri, seperti Sulawesi, Fiilipina, Kalimantan, Nusa Tenggara, Jawa dan Papua. Menurut Thomas Arnold, Raja Bacan yang pertama kali masuk Islam adalah Zainal Abidin yang memerintah tahun 1521.
Pada masa ini Bacan telah menguasai suku-suku di Papua serta pulaupulau di sebelah barat lautnya, seperti Waigeo, Misool, Waigama, dan Salawati. Sultan Bacan kemudian meluaskan kekuasaannya hingga ke semenanjung Onin Fakfak, di barat laut Papua tahun 1606. Melalui pengaruhnya dan para pedagang muslim, para pemuka masyarakat di pulau-pulau kecil itu lalu memeluk agama Islam. Meskipun pesisir menganut agama Islam, sebagian besar penduduk asli di pedalaman masih tetap menganut animisme.
       Secara geografis tanah Papua memiliki kedekatan relasi etnik dan kebudayaan dengan Maluku. Dalam hal ini Fakfak memiliki kedekatan dengan Maluku Tengah, Tenggara dan Selatan, sedangkan dengan Raja Ampat memiliki kedekatan dengan Maluku Utara. Oleh karena itu, dalam membahas sejarah masuknya Islam ke Fakfak kedua alur komunikasi dan relasi ini perlu ditelusuri mengingat warga masyarakat baik di Semenanjung Onim Fakfak maupun Raja Ampat di Sorong, keduanya telah lama menjadi wilayah ajang perebutan pengaruh kekuasaan antara dua buah kesultanan atau kerajaan besar di Maluku Utara (Kesultanan Ternate dan Tidore). Nampaknya historiografi Papua memperlihatkan bahwa yang terakhir inilah (Kesultanan Tidore) yang lebih besar dominasinya di pesisir pantai kepulauan Raja Ampat dan Semenajung Onim Fakfak.
       Di Kepulauan Raja Empat sendiri terdapat beberapa Distrik Kerajaan-Kerajaan Islam yaitu :
A.  Kerajaan Namatota
       Dari silsilah Raja Namatota diketahui bahwa Raja Namatota pertama yakni Ulan Tua, telah memeluk Islam hingga sekarang diketahui merupakan generasi kelima. Lamarora merupakan raja kedua kerajaan Namatota diperkirakan hidup pada tahun 1778-1884. Raja Lamarora selanjutnya datang ke daerah Kokas dan disana beliau telah menyebarkan agama Islam dan kawin dengan perempuan bernama Kofiah Batta, selanjutnya pasangan ini merupakan cikal-bakal Raja-raja Wertuar. Salah seorang Raja Wertual (Kokas) bernama M. Rumandeng al-Amin Umar Sekar 1934, dengan gigih pernah menentang pemerintah Belanda dengan tidak mau menyetor uang tambang minyak kepada mereka. Akibatnya dia dipenjara di Hollandia (Jayapura) sebelum kemudian dibebaskan.
B.  Kerajaan Komisi
       Seorang Putera Mahkota Raja Komisi bernama Hakim Achmad Aituararauw .menyebutkan bahwa kerajaan Islam pertama didirikan di Pulau Adi pada tahun 1626 dengan nama Eraam Moon, yang diambil dari bahasa Adi Jaya yang artinya “Tanah Haram”. Raja pertamanya bernama Woran. Namun jauh sebelumnya pada abad ke XV (1460-1541) penguasa pertama di pulau Adi, Ade Aria Way, telah menerima Islam yang dibawa oleh Syarif Muaz yang mendapat gelar Syekh Jubah Biru, yang menyebarkan Islam di utara dan kawasan itu. Namun sambutan positif lebih banyak diterima di pulau Adi dalam hal ini di daerah kekuasaan Ade Aria Way. Setelah masuk Islam Ade Aria Way berganti nama menjadi Samai. Kemudian Samai mencatat bahwa pada tahun 1760 Ndovin yang merupakan generasi kelima dari Samai mendirikan kerajaan Kaimana dan bertahta di sana dengan gelar Rat Umis As Tuararauw yang kemudian dikenal dengan nama Raja Komisi
C.  Kerajaan Fatagar
       Keterangan yang diperoleh dari Raja Fatagar, Arpobi Uswanas 1997, menceritakan bahwa Fatagar I yaitu Tewal, diperkirakan hidup pada tahun 1724-1814. Raja Tewal bertahta di daerah Tubir Seram, yang hijrah dari Rumbati (daerah Was). Pada saat kerajaan Fatagar masih di Rumbati, disana Islam sudah ada dan berkembang dengan ditemukannya puing-puing bekas reruntuhan masjid. Itu berarti Islam sudah masuk di daerah Rumbati sebelum tahun 1724. Sementara itu, berdasarkan keterangan Raja Rumbati ke 16, H. Ibrahim Bauw 1986, bahwa Islam masuk di Was pada tahun 1506 melalui perang besar antara Armada Kesultanan Tidore yang dipimpin Arfan dengan Kerajaan Rumbati.
D.  Kerajaan Ati-Ati
       Di Kabupaten Fakfak pada masa awal masuknya agama Islam ada empat raja yang berkuasa diantaranya Raja Ati-ati, Ugar, Kapiar dan Namatota (sekarang masuk dalam wilayah kabupaten Kaimana). Masing-masing raja tersebut mendirikan mesjid dan mesjid tersebut yang digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan agama Islam. Akan tetapi mesjid yang didirikan oleh raja Ati-ati pada saat itu pada umumnya terbuat dari kayu sehingga tidak bisa lagi ditemukan wujud maupun sisa-sisanya. Satu-satunya mesjid yang ditunjukkan oleh keturunan Raja Ati-ati adalah mesjid Werpigan yang dibangun pada tahun 1931 oleh Raja ke-9.
E.  Kerajaan Rumbati
       Salah satu raja mantan raja dari kerajaan Rumbati adalah Patipi. Beliau sudah memerintah sejak lama. Beliau dikenal karena keinginannya memperkenalkan dan membawa Islam kepada orang-orang disekitarnya. Keberadaan dinasti raja ini adalah dinasti kedua yang mana pernah memerintah di Patipi
F.   Kerajaan Pattipi
       Masuknya Islam di Papua, khususnya di Teluk Patipi, memiliki keterkaitan dengan masuknya agama Islam di Papua. Masuknya Islam di tanah Papua terdiri dari tujuh versi, yaitu versi orang Papua, Aceh, Arab, Jawa, Banda, Bacan, serta versi Tidore dan Ternate. Masing masing dengan argumentasinya yang berbeda-beda. Menurut orang asli Papua Fakfak, yang masih kuat dengan adat dan legendanya, Islam bukan dibawa dan disebarkan oleh Kerajaan Tidore, Arab, Jawa, atau Sulawesi. Akan tetapi, Islam sudah berada di Pulau Papua sejak pulau ini diciptakan oleh Tuhan. 
G. Kerajaan Sekar
       Informasi atau tentang situs-situs khusus Kerajaan Sekar sulit diperoleh, namun dapat diyakini bahwa Kerajaan Sekar merupakan salah satu kerajaan dari 9 kerajaan Islam yang berada di Kepulauan Raja Empat.
H.  KerajaanWertuar
       Raja Wetuar ke X yakni Musa Haremba, bahwa Raja pertama Wertuar adalah Vijao. Penduduk meyakini bahwa asal muasal Raja Vijao ini dari cahaya, sedang Raja kedua bernama Ukir. Selanjutnya Raja ketiga bernama Winey yang beristrikan Boko Kopao dari Namatoria. Dari susunan Raja-raja Wertuar, yang dilantik Sultan Tidore adalah Raja ketujuh yakni Lakate pada tahun 1886. Namun pendapat lain mengatakan bahwa yang dilantik adalah Raja Wertuar keenam, yakni Sanempe. Hubungan Lakate dengan Sanempe adalah hubungan saudara dan bukan hubungan bapak anak, yang berarti mereka hidup dalam satu zaman. • Terlepas dari siapa yang dilantik dari kedua raja tersebut, kedua sumber tadi menjelaskan bahwa Raja Wertuar tersebut dilantik oleh Sultan Tidore yang bernama Muhammamd taher Alting pada tahun 1886 di Karek, Sekar Lama. Turut hadir dalam peristiwa pelantikan adalah Raja Rumbati, Abdul Jalil, dan Raja Misool Abdul Majid.
I.     Kerajaan Arguni
       Di Semenanjung Onin terdapat tiga kerajaan tradisional, yaitu kerajaan Rumbati, kerajaan Fatagar, dan kerajaan Atiati.
Di samping tiga kerajaan tersebut di atas ada pula beberapa kerajaan lain yaitu kerajaan-kerajaan yang pada mulanya berada di bawah kekuasaan kerajaan Rumbati, tetapi kemudian berhasil memperoleh pengakuan sebagai kerajaan tersendiri terutama pada masa awai pax neerlandica (1898).
1)      Kerajaan Patipi,
2)      Kerajaan Sekar,
3)      Kerajaan Wertuar dan
4)      Kerajaan Arguni.
Seperti halnya Kerajaan Sekar, informasi ataupun data lengkap dari kerajaan ini sulit ditemukan.

Sumber :
-          Buku paket Sejarah Indonesia Intan Pariwara

No comments:

Post a Comment

Pahamilah Dirimu Sendiri

  https://www.shopback.co.id/katashopback/yuk-pahami-dirimu-dengan-4-cara-memahami-diri-sendiri-ini Diri sendiri boleh jadi adalah orang per...